Bahasa Indonesia 2

Jumat, 18 Maret 2011

Penalaran Induktif dan Deduktif

BAHASA INDONESIA 2







Nama : Diana
Kelas : 3 EA 14
NPM : 10208370
Dosen : Budi Santoso,SS


Universitas Gunadarma 2011


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan berkat-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.Adapun materi yang dapat saya berikan dalam pembahasan kali ini adalah mengenai Perilaku Konsumen,yang lebih mengangkat materi mengenai “PENALARAN DEDUKTIF DAN INDUKTIF ”.

Dimateri ini,saya mencoba menjelaskan beberapa aspek yang ada dalam materi ini,yaitu :
*) Definisi Penalaran Induktif
*) Macam Penalaran Induktif
*) Definisi Penalaran Deduktif
*) Macam Penalaran Deduktif

Dalam penyelesaian tugas ini,saya banyak mendapat bantuan dari beberapa pihak, maka dari itu saya ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Budi Santoso,SS selaku dosen materi Bahasa Indonesia 2
2. Keluarga dan teman-teman saya

Kiranya pembahasan saya ini dapat berguna bagi kita semua,sebagai salah satu pedoman untuk memahami mengenai Penalaran Dediktif dan Induktif


BAB I . PENDAHULUAN


Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proporsi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.
Konsekuensi logis, sering dianggap suatu konsep paling dasar dalam logika, adalah hubungan antara suatu kalimat dan kalimat lain sewaktu kalimat yang terakhir "mengikuti" kalimat sebelumnya. Sebagai contoh, "Kermit berwarna hijau" adalah konsekuensi logis dari "Semua katak berwarna hijau" dan "Kermit adalah seekor katak".Suatu hubungan konsekuensi logis yang terspesifikasi dengan formal dapat dikarakterisasikan dengan teori atau model atau teori pembuktian (atau keduanya). Konsekuensi logis dapat pula diekspresikan sebagai suatu fungsi dari himpunan kalimat terhadap himpunan kalimat lain, atau sebagai hubungan antara dua himpunan kalimat.
Syarat-syarat kebenaran dalam penalaran
Jika seseorang melakukan penalaran, mkasudnya tentu adalah untuk menemukankebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat – syarat dalam menalar dapat dipenuhi.
Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.

BAB II. ISI / PEMBAHASAN
A. PENALARAN INDUKTIF
A.1. Definisi
Menurut tim Balai Pustaka (dalam Shofiah,2007:14) istilah penalaran mengandung tiga pengertian,yaitu
*) cara / hal menggunakan nalar,pemikiran atau cara berpikir logis
*) hal mengembangkan / mengendalikan sesuatu dengan nalar dan bukan dengan perasaan /pengalaman
*) proses mental dalam mengembangkan / mengendalikan pikiran dari beberapa fakta.
Metode berpikir / penalaran induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum.Penalaran induktif juga dapat diartikan sebagai proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus.


A.2. Macam-macam penalaran induktif

1. Generalisasi adalah
penalaran induktif dengan cara menarik kesimpulan secara umum berdasarkan sejumlah data.
Generalisasi juga dapat diartikan sebagai proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju
kesimpulan umum.
Macam-macam generalisasi:
a. Generalisasi tanpa loncatan induktif, yaitu fakta yang diberikan cukup banyak dan meyakinkan.
Contoh: Semua anak TK Monica menyukai kartun micky mause.
b. Generalisasi dengan loncatan induktif, yaitu fakta yang digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena
yang ada.
Contoh: hampir semua anak-anak bu Meri menyukai lagu.

2. Analogi adalah proses penalaran yang bertolak dari dua peristiwa khusus yang mirip satu sama lain,
kemudian menyimpulkan bahwa apa yang berlaku untuk satu hal berlaku juga untuk hal lain. Analogi dapat
dikatakan sebagai penalaran dengan membandingkan dua hal yang banyak persamaannya. Berdasarkan
persamaan kedua hal tersebut, kita dapat menarik kesimpulan. Tujuan dari analogi, antara lain:
• Untuk meramalkan kesamaan.
• Untuk menyingkapkan kekeliruan.
• Untuk menyusun sebuah klasifikasi.

3. Kausal adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan fakta khusus yang menjadi sebab, dan
sampai pada simpulan yang menjadi akibat. Tujuan kausal dapat dilihat dalam hubungan kausal dalam tiga
pola, yaitu:
a. Sebab ke akibat, dari peristiwa yang dianggap sebagai sebab menuju kesimpulan sebagai efek.
b. Akibat ke sebab: dari peristiwa yang dianggap sebagai akibat menuju sebab yang mungkin telah
menimbulkan akibat.
c. Akibat ke akibat: dari akibat ke akibat yang lain tanpa menyebut sebab umum yang menimbulkan kedua
akibat.

B. PENALARAN DEDUKTIF
B.1. Definisi

Penalaran deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.
Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.


Metode berpikir / penalaran deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.
B.2. Macam-macam penalaran deduktif
1. Silogisme
Silogisme disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. Pernyataan yang mendukung silogisme ini disebut sebagai premis yang kemudian dibedakan menjadi premsi mayor dan premis minor. Kesimpulan merupakan pengetahuan yang didapat dari penalaran deduktif berdasarkan kedua premis tersebut.
Macam-macam Silogisme:
1.1 Silogisme Kategorial : Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi.
Premis umum : Premis Mayor (My)
Premis khusus : Premis Minor (Mn)
Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)
Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan predikat simpulan disebut term minor.
Contoh silogisme Kategorial
My : Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA
Mn : Dion adalah mahasiswa
K : Dion lulusan SLTA
My : Tidak ada manusia yang kekal
Mn : Socrates adalah manusia
K : Socrates tidak kekal
1.2 Silogisme Hipotesis : Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis.
Konditional hipotesis yaitu : bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
Contoh :
My : Jika tidak ada makanan, manusia akan kelaparan
Mn : Makanan tidak ada.
K : Jadi, Manusia akan kelaparan.
My : Jika tidak ada udara, makhluk hidup akan mati.
Mn : Makhluk hidup itu mati.
K : Makhluk hidup itu tidak mendapat udara.

1.3 Silogisme Alternatif : Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain
Contoh
My : Nenek Sumi berada di Ambon atau Papua
Mn : Nenek Sumi berada di Ambon.
K : Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Papua.
My : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Mn : Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
K : Jadi, Nenek Sumi berada di Bandung.

2. Entimen
Silogisme sebagai suatu cara untuk menyatakan pikiran tampaknya bersifat artifisial. Dalam kehidupan sehari-hari biasanya silogisme itu muncul hanya dengan dua proposisi, salah satunya dihilangkan. Walaupun dihilangkan, proposisi itu tetap dianggap ada dalam pikiran itu dan dianggap diketahui pula oleh orang lain. Bentuk semacam ini dinamakan entimem (dari enthymeme, Yunani. Lebih jauh kata itu berasal dari kata kerja enthymeisthai yang berarti ‘simpan dalam ingatan’). Dalam tulisan-tulisan bentuk ilmiah yang dipergunakan, dan bukan bentuk formal seperti silogisme.
Contoh :
PU : Jika Angga tidak menikah cepat, Angga akan dimarahi Mira
PK : Angga mau menikah cepat. K : Angga tidak dimarahi Kartika
Entimem : Angga tidak dimarahi Mira karena Angga mau menikah cepat.
Entimen : Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang
dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.

Contoh Entimen :
Dia dipecat karena selalu tidak hadir kerja
Anda dipecat karena anda tidak hadir kerja karena sakit



BAB III. KESIMPULAN
Konsep dan simbol dalam penalaran
Penalaran juga merupakan aktivitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen
Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat(kalimat berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis
Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula proporsi dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.
Alternatif dari penalaran deduktif adalah penalaran induktif. Perbedaan dasar di antara keduanya dapat disimpulkan dari dinamika deduktif tengan progresi secara logis dari bukti-bukti umum kepada kebenaran atau kesimpulan yang khusus; sementara dengan induksi, dinamika logisnya justru sebaliknya. Penalaran induktif dimulai dengan pengamatan khusus yang diyakini sebagai model yang menunjukkan suatu kebenaran atau prinsip yang dianggap dapat berlaku secara umum.
Penalaran deduktif memberlakukan prinsip-prinsip umum untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan yang spesifik, sementara penalaran induktif menguji informasi yang spesifik, yang mungkin berupa banyak potongan informasi yang spesifik, untuk menarik suatu kesimpulan umum.

BAB IV. DAFTAR REFERENSI

http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran
http://www.taqdire.web.id/2010/02/penalaran-induktif.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Pembuktian_melalui_deduksi
http://nti0402.wordpress.com/2011/02/13/penalaraninduktif

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda